dan kreativitas memang diperlukan agar hubungan intim dengan suami semakin “panas”. Namun hati-hati, bagi pejuang garis dua ada hal yang dianggap biasa, namun ternyata memengaruhi keberhasilan pembuahan. Ini infonya.
Ingin Hamil? Sperma Harus Prima!
Setiap kehamilan yang sukses dimulai dengan dua “bahan utama”, yaitu sperma dan sel telur. Dari sini, juga bisa disimpulkan bahwa masalah kesuburan dapat berasal dari sel telur wanita atau sperma prima. Artinya, kedua komponen tersebut harus sehat agar kehamilan dapat berhasil.
Pria melepaskan sel sperma selama proses ejakulasi. Cairan yang dikeluarkan disebut air mani, dan terdiri dari sel sperma yang tersuspensi dalam cairan mani. Cairan mani sendiri mengandung banyak nutrisi yang mendukung kehidupan sel sperma, seperti fruktosa dalam jumlah besar.
Setelah ejakulasi terjadi, sperma dari air mani berjalan melalui leher rahim ke dalam rahim. Ketika sperma matang bergabung dengan sel telur, pembuahan terjadi dan embrio dibuat. Embrio kemudian menanamkan dirinya di lapisan rahim, hingga akhirnya menghasilkan kehamilan.
Sperma dapat bertahan hidup di dalam rahim selama beberapa hari, tetapi sel telur hanya bertahan selama 12 hingga 24 jam. Karena itu, penting untuk mengatur waktu bercinta ketika mendekati atau saat masa subur jika sedang mencoba untuk hamil.
Perlu diketahui juga, agar wanita bisa hamil, sperma harus sehat dan cukup kuat untuk bertahan hidup di vagina, melakukan perjalanan ke rahim, dan membuahi sel telur. Semakin banyak sperma sehat yang terkandung dalam air mani pria, maka semakin besar kemungkinan salah satu dari sperma ini berhasil mencapai rahim.
Bisa disimpulkan, ada beberapa hambatan umum yang mengganggu kesuburan pria, seperti:
- Tidak ada sperma (azoospermia), yang artinya air mani tidak mengandung sperma. Ini mungkin disebabkan oleh penyumbatan saluran atau testis tidak menghasilkan sperma.
- Jumlah sperma rendah (oligospermia), sehingga tidak memiliki cukup sperma untuk menghasilkan pembuahan.
- Motilitas yang buruk. Sperma yang sehat memiliki ekor untuk membantunya berenang melalui sistem reproduksi wanita. Sperma dengan motilitas yang buruk umumnya berenang dengan lemah atau tidak berenang sama sekali
- Bentuk tidak normal. Sperma yang sehat berbentuk seperti kecebong yang ramping. Sementara, sperma yang berbentuk tidak normal akan memiliki masalah dalam menembus permukaan sel telur wanita.
Air Liur Bisa “Melukai” Sperma!
Pelumasan, terutama pelumasan vagina merupakan bagian penting dari sesi bercinta. Dengan pelumas yang cukup, vagina tidak akan terasa nyeri saat penetrasi dan mengurangi gesekan atau iritasi.
Sejatinya, wanita akan mengeluarkan pelumas alami, yaitu lendir serviks. Di hari ke-10-14 pada siklus haid, hormon estrogen memuncak hingga nanti datangnya waktu ovulasi. Hal ini menyebabkan lendir serviks berubah dari pucat atau kental, menjadi licin, bening, dan lebih cair menyerupai putih telur. Keputihan yang basah dan licin ini, memudahkan sperma berenang naik ke vagina dan masuk ke rahim untuk bertemu sel telur. Jika wanita berhubungan seks di saat seperti ini tanpa kontrasepsi, maka akan meningkatkan peluang untuk hamil.
Namun, mengandalkan pelumas alami saja seringkali tidak cukup, sehingga membutuhkan cairan pelicin tambahan. Di sinilah dibutuhkan pelumas lain, dan pilihannya bisa saja jatuh pada air liur (saliva), karena dianggap cara termudah dan alami. Namun hati-hati, pilihan satu ini kurang tepat bagi pejuang garis dua. Pasalnya, secara teknis, air liur bisa “melukai” sperma, lho.
Komposisi air liur sebagian besar terdiri dari air. Perlu diketahui, bahwa pelumas berbahan dasar air berdampak negatif pada perjalanan sperma ke sel telur wanita, yang tentunya akan berdampak serius pada peluang untuk hamil.
Bagaimana air liur dapat mengurangi kemungkinan hamil? Begini penjelasannya:
Air liur adalah atmosfer yang buruk untuk sperma, karena tidak memiliki salinitas (kadar asin) dan nutrisi yang ada dalam air mani. Cairan serviks, di sisi lain, adalah lingkungan yang sangat baik untuk sperma, karena membantu memfasilitasi pengangkutan sel sperma ke sel telur. Dengan demikian, jika ada terlalu banyak air liur di vagina, sementara jumlah sperma pria rendah, maka akan besar kemungkinan mengalami kesulitan untuk hamil.
Hal tersebut juga diperkuat dari penelitian, yang menunjukkan bahwa ketika air liur konsentrasi tinggi ditambahkan ke air mani normal dari donor pria yang sehat, air liur menginduksi gerakan tak beraturan pada 12% dari total populasi sperma yang diinkubasi. Fenomena ini tidak terjadi dengan konsentrasi air liur yang rendah, tetapi tetap berdampak pada pergerakan sperma. Perkembangan sperma pun menurun secara signifikan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa air liur memiliki efek merusak pada gerakan (motilitas) dan aktivitas sperma, dan tidak boleh digunakan sebagai pelumas vagina untuk pasangan yang menghadapi gangguan kesuburan.
Selain itu, ada risiko lain yang mengintai. Jika seseorang dengan penyakit mulut menggunakan air liur sebagai pelumas, pasangannya berisiko terkena herpes genital. Penyakit lain yang bisa timbul dari menggunakan air liur sebagai pelumas seks antara lain Human Papilo Virus (HPV), sifilis, klamidia dan bahkan gonore. Pakar medis bahkan mengatakan itu bisa lebih buruk bagi wanita karena air liur dapat mengganggu lingkungan vagina hingga menyebabkan infeksi vagina atau jamur. Bahkan jika seseorang memiliki bau mulut dan menggunakan cairan tersebut sebagai pelumas, hal itu dapat menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap.
Pertimbangan selanjutnya untuk tidak menggunakan air liur sebagai pelumas adalah karena saliva tidak licin seperti yang diharapkan. Tekstur air liur dapat dengan mudah kering dan akhirnya tetap bisa menyebabkan iritasi.
Dari sini bisa disimpulkan, bahwa peran foreplay sebelum berhubungan seks sangat penting, karena dapat membantu menciptakan pelumasan di vagina. Jadi, tak perlu terburu-buru, ya. Kunci dari keberhasilan promil adalah hubungan seks yang bisa dinikmati oleh kedua pihak, lho.