Feromon adalah zat kimia yang terdapat pada hewan, bukan manusia
Akhir-akhir ini, banyak produk parfum yang mengusung keunggulan dengan sebutan feromon.
Katanya, parfum feromon ini dinilai mampu menarik perhatian lawan jenis dengan meningkatkan gairah seksual dan memikat mereka yang menciumnya.
Benarkah demikian? Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan feromon?
Dilansir dari Medical News Today, feromon atau pheromone adalah zat kimia yang dihasilkan hewan yang mengubah perilaku hewan lain dari spesies yang sama.
Feromon mirip dengan hormon, namun bekerja di luar tubuh.
Banyak ahli percaya, feromon mampu menjadi agen yang mengubah perilaku, salah satunya adalah menginduksi aktivitas pada individu lain.
Para hewan mengeluarkan feromon untuk meningkatkan gairah seksual, menarik pasangan, atau bertindak sebagai alarm atau membela diri dari hewan lainnya.
Setiap hewan mengeluarkan feromon yang berbeda-beda. Kebanyakan serangga menggunakan feromon untuk berkomunikasi.
Lantas, apakah benar feromon juga ada pada manusia? Pertanyaan lainnya, benarkah parfum dapat mengandung feromon? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
Jenis-Jenis Feromon
Foto: Jenis-Jenis Feromon (Pixabay)
Faktanya, keberadaan feromon di dalam tubuh manusia masih menjadi kontroversi dan belum studi yang valid dapat membuktikannya.
Namun, ada baiknya Moms memahami terlebih dulu mengenai jenis-jenis feromon, di antaranya:
1. Releaser Pheromones
Jenis feromon ini yang menimbulkan respons langsung, cepat, dan dapat diandalkan.
Biasanya dikaitkan dengan ketertarikan seksual.
2. Primer Pheromones
Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan respons. Jenis feromon ini dapat memengaruhi perkembangan atau fisiologi reproduksi.
Pada beberapa mamalia, para ilmuwan menemukan bahwa betina yang telah hamil dan terpapar feromon primer dari jantan lain dapat secara spontan menggugurkan janin.
3. Signaler Pheromones
Bertugas untuk memberikan informasi.
Mereka dapat membantu ibu untuk mengenali bayinya yang baru lahir dengan aroma, sebab sang ayah biasanya tidak bisa melakukan ini.
4. Modulator Pheromones
Mereka dapat mengubah atau menyinkronkan fungsi tubuh. Mereka biasanya ditemukan dalam keringat.
Dalam percobaan hewan, para ilmuwan menemukan bahwa ketika ditempatkan di bibir atas wanita, mereka menjadi kurang tegang dan lebih santai.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, keberadaan feromon di tubuh manusia belum dapat dibuktikan secara kuat.
Namun, ada beberapa studi menarik yang menghubungkan feromon pada manusia. Simak ulasan berikutnya, ya!
Apakah Feromon Terdapat pada Manusia?
Penjelasan tentang feromon dapat ditemukan pada manusia pertama kali diungkapkan oleh Gustav Jäger (1832-1917), dokter dan ahli kebersihan dari Jerman.
Ia mengemukakan gagasan feromon manusia, yang disebutnya antropin.
Ia mengatakan, senyawa lipofilik yang terkait dengan kulit dan folikel yang menandai ciri khas bau manusia.
Kemudian, bermunculan beberapa studi yang mempertimbangkan keberadaan feromon pada manusia.
Sebuah studi yang diulas dalam jurnal PLoS ONE mengungkapkan, ada beberapa bukti bahwa androstadienone, komponen keringat pria, berfungsi sebagai meningkatkan daya tarik, serta memengaruhi suasana hati dan kadar kortisol.
Selain itu, androstadienone juga bertugas untuk mengaktifkan area otak yang terkait dengan kognisi sosial.
Studi tersebut menemukan bahwa androstadienone meningkatkan perilaku kooperatif pada pria.
Dari hasil studi ini, disebut bahwa ada kemungkinannya peran feromon pada laki-laki adalah androstadienon.
Lalu, bagaimana dengan feromon pada wanita? Menurut beberapa penelitian, androstenon meningkatkan libido wanita, terutama jika dia diberikan mendekati waktu ovulasi.
Selain itu, diulas dalam penelitian dari Natural Product Communications, disebutkan bahwa sekelompok wanita yang mencium bau keringat dari wanita lain mengalami perubahan pada siklus menstruasinya.
Namun, belum dapat dipastikan apakah perubahan siklus haid tersebut memang benar ada kaitannya dengan bau yang dikeluarkan tubuh atau tidak.
Jadi, pada kesimpulannya, bukti keberadaan feromon pada manusia memang belum cukup kuat.
Namun, hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Jika feromon manusia pernah ditemukan, efeknya mungkin sangat halus.
Akan tetapi, Moms juga perlu mempertimbangkan penjelasan tentang feromon, yang sejauh ini masih ditemukan pada hewan saja.