Kosa kata gaul kini makin berkembang. Hal tersebut memunculkan istilah-istilah baru, bahkan ada yang menjurus ke keintiman. Misalnya, cuddling dan petting. Keduanya kerap dianggap sama karena masing-masing melibatkan kontak fisik, padahal sebenarnya tidak, lho.
Terdapat perbedaan cuddling dan petting dari segi praktik maupun risikonya. Pahami dulu biar tidak salah kira apabila memutuskan melakukannya.
Apa itu cuddling?
Jika diterjemahkan langsung dari bahasa Inggris, cuddle atau cuddling diartikan sebagai berpelukan atau bercengkrama. Namun, perlu digarisbawahi bahwa dalam praktiknya cuddling lebih ke berpelukan manja atau bermesraan dengan pasangan.
Cuddle gak selalu mengarah ke aktivitas seksual. Meski demikian, beberapa pihak kerap menggunakan cuddle sebagai modus untuk mengajak atau memulai keintiman. Di sisi lain, cuddle juga kerap dijadikan sebagai momen bersama pasangan setelah bercinta.
Manfaat dan risiko cuddling
Peluk-pelukan manja alias cuddling memiliki banyak manfaat, lho. Dilansir WebMD, cuddling dengan orang terkasih dapat melepaskan hormon oksitosi serta meredakan hormon kortisol. Jika digabungkan, dapat menimbulkan manfaat berikut:
- Meredakan stres
- Meningkatkan rasa bahagia
- Meredakan nyeri
- Membantu tidur lebih nyenyak
- Meningkatkan keintiman.
Cuddling juga dapat menimbulkan lonjakan dopamin dan zat kimia terkait, norepinefrin. Dilansir Science of The News dari Harvard, senyawa tersebut membuat kita merasa seolah ‘mabuk kepayang’, energik, dan euforia.
Kegiatan berpelukan dengan pasangan ini nyaris gak memiliki efek negatif. Namun, jika kamu cuddling dengan tiduran di lengan pasangan dalam jangka waktu lama, dapat memicu kelumpuhan saraf radial, sebagaimana penjelasan Dr. Nabil Ebraheim, profesor dan ketua Departemen Bedah Ortopedi dalam Toledo University News.
Petting atau dry humping merupakan istilah yang mengacu pada kontak fisik intim antara dua individu. Tindakan ini dilakukan dalam konteks romantis atau seksual sehingga menjadikannya sebagai perbedaan cuddling dan petting.
Petting melibatkan sentuhan, belaian, atau gesekan. Hal ini terkadang pun dilakukan di area sensitif tanpa penetrasi sebenarnya.
Fokus utama dari petting memang rangsangan sensual. Nah, terkait seberapa jauh tindakan petting dilakukan, bisa berbeda tergantung pada preferensi pribadi.
Manfaat dan risiko petting
Petting bisa jadi hal menyenangkan bagi pasangan, tentu saja jika kedua belah pihak concern untuk melakukannya. Bukan hanya remaja, siapa saja bisa melakukan petting. Pasalnya, aktivitas ini juga dapat menjadi permulaan atau foreplay sebelum seks penetrasi.
Oleh karena tujuannya menjurus ke aktivitas seksual, tindakan ini juga membantu mengetahui titik rangsangmu dan pasangan. Petting jadi pilihan ketika pasangan mungkin ingin merasakan rangsangan sensual tanpa melibatkan penetrasi yang berisiko terhadap penyakit menular seksual.
Meski demikian, petting tidak sepenuhnya menghindarkan pasangan dari PMS, ya. Jika aktivitas seksual ini dilakukan skin to skin atau melibatkan oral, maka risiko tersebut tetap ada, melansir Net Doctor.
Perbedaan cuddling dan petting
Setelah membaca penjelasan sebelumnya, dapat ditarik garis merah perbedaan cuddling dan petting. Salah satu perbedaannya terlihat dari segi praktik. Cuddling hanya berpelukan tanpa menargetkan rangsangan fisik sensual, tetapi petting bersifat sebaliknya.
Cuddling dan petting memang gak jauh berbeda dari segi manfaat. Keduanya dapat meningkatkan hormon oksitosin dan meningkatkan intimasi dengan pasangan. Namun, cuddling tidak selalu berakhir seks, sedangkan petting bisa jadi demikian.
Jika dibandingkan, risiko penularan penyakit seksual dari cuddling mungkin minim. Namun, tetap bisa terjadi jika cuddling melibatkan ciuman. Begitu juga dengan petting. Pasalnya, PMS seperti herpes, sipilis, cytomegalovirus, dan HPV dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh.
Perbedaan cuddling dan petting memang tipis, ya. Tidak heran jika dianggap sama. Namun, setelah membaca uraian di atas, tentu sudah bisa memahami bahwa keduanya adalah aktivitas berbeda.