kondom telah lama menjadi alat kontrasepsi yang berfungsi untuk mencegah kehamilan. Namun selain itu, banyak pihak menyebutkan bahwa kondom juga efektif untuk mencegah terjadinya infeksi menular seksual.
Mengutip laman Health New York State, kondom akan sangat efektif untuk mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi menular seksual lainnya seperti Human Papillomavirus
Meski begitu, kondom ternyata tidak dapat 100 persen efektif untuk mencegah penularan infeksi menular seksual. Risiko penularan akan tetap ada terutama bila Anda tidak menghindari semua perilaku seks vaginal, anal, maupun oral.
Pendapat selaras disampaikan oleh asisten profesor kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Icahn School of Medicine, Famineh Sasan. Menurutnya, kondom yang digunakan dengan benar dan konsisten memang efektif untuk mencegah beberapa penyakit.
“Kondom yang digunakan dengan benar dan konsisten efektif dalam mencegah penularan HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, gonore, dan klamidia,” ujar Famineh mengutip Self pada Selasa, (16/8/2022).
Hal tersebut lantaran kondom berbahan lateks menjadi penghalang efektif terhadap patogen infeksi menular seksual. Namun masalahnya, tidak semua infeksi menular seksual dapat menular melalui air mani.
“Apa pun yang dapat menyebar dengan kontak kulit ke kulit tidak akan dilindungi oleh kondom,” ujar dokter obgyn di UCSF Medical Center, Tami Rowen.
Lalu, apa sajakah infeksi menular seksual yang dapat menular dan tidak efektif bila dicegah hanya dengan kondom? Berikut diantaranya.
1. Herpes
Herpes menjadi salah satu infeksi menular seksual yang ternyata bisa tidak terlalu efektif dicegah dengan kondom. Terutama bila lesi berada di daerah yang tidak tertutup dengan kondom.
“Jika seseorang memiliki lesi herpes yang berada di area selangkangan atau panggul yang tidak tertutup kondom, maka penularan dari lesi tersebut dapat terjadi,” ujar Famineh.
Menurut para ahli, hubungan seks juga tidak direkomendasikan bila Anda tengah memiliki herpes aktif karena saat-saat tersebutlah virus paling mudah menular.
Menahan hubungan seks saat herpes sedang aktif juga dapat mengurangi risiko penyebaran virus ke pasangan. Meskipun di sisi lain, masih ada kemungkinan herpes dapat menular saat tidak ada lesi yang aktif terlihat.
2. HPV
HPV menjadi infeksi menular seksual yang paling umum. Seringkali orang pun mengira bahwa HPV bisa dicegah hanya dengan kondom. Padahal, HPV juga bisa menular melalui kontak kulit ke kulit, yang dalam beberapa kasus kutil tidak selalu muncul.
Beberapa jenis strain pada HPV juga dapat menyebabkan kanker serviks. Sehingga meskipun ada bukti bahwa penggunaan kondom mengurangi risiko kanker serviks, belum ada bukti langsung tentang kemampuannya untuk mencegah jenis HPV tertentu.
3. Moluskum
Moluskum merupakan virus yang bermanifestasi sebagai benjolan kecil di kulit. Jenis satu ini juga bukanlah infeksi menular seksual yang familiar.
Hal tersebut lantaran moluskum tidak menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang dan biasanya tanpa gejala selain munculnya benjolan.
“Ini adalah kondisi kulit yang biasa ditularkan antara anak-anak, tetapi pada orang dewasa Anda biasanya melihatnya menular secara seksual,” kata Tami.
Wanita biasanya akan melihatnya di vulva. Benjolan bulat kecil dapat muncul di mana saja dari dua hingga tiga bulan setelah infeksi, dan mungkin gatal atau terasa lembut saat disentuh.
4. Kutu Kemaluan
“Kutu kemaluan tidak lagi umum, karena orang-orang lebih banyak merawatnya sekarang,” kata Tami.
Akan tetapi, jika sedang tidak terawat, Anda memiliki peluang untuk tertular kutu kemaluan dari pasangan yang terinfeksi. Hal tersebut dikarenakan kutu dapat bertelur dan hidup di rambut.
Sehingga kondom kemungkinan tidak selalu dapat mencegahnya.
5. Sifilis
Sifilis muncul sebagai luka yang keras, bulat, dan biasanya tidak nyeri. Infeksi menular seksual satu inipun dianggap tidak efektif dilawan dengan kondom.
“Sama seperti herpes, kondom tidak akan melindungi Anda, karena itu tergantung di mana luka itu berada,” ujar Tami.
Menurutnya, menggunakan kondom mungkin dapat mengurangi penyebarannya bila luka tertutup oleh kondom. Namun jika terletak pada bagian penis yang terbuka, maka sifilis tetap dapat menular.
Sehingga jika Anda memang aktif secara seksual, penting untuk melakukan tes secara rutin bahkan jika Anda telah melakukan hubungan seks yang aman.
“Banyak pria dan wanita tidak menunjukkan gejala ketika mereka memiliki infeksi menular seksual. Jadi lakukanlah tes setiap tiga hingga enam bulan,” ujar Famineh.